Madu Mempercepat Penyembuhan Luka


Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dari sekresi nektar bunga. Madu bermula dari nektar yang terdapat pada bunga. Lebah menyedot nektar tersebut dengan lidah panjang yang berbentuk seperti tabung. Cairan manis tersebut kemudian disimpan dalam kantung madu dalam tubuh lebah. Kemudian lebah mencampurnya dengan bahan-bahan kimia tertentu didalamnya. Ketika lebah kembali ke sarang, campuran dan bahan kimia tadi disimpan dalam sel, setelah masak campuran tadi berubah menjadi madu.

Dokumentasi Pertama Penggunaan Madu

Ribuan tahun yang lalu madu telah digunakan untuk mengobati luka, luka bakar, katarak, borok kulit dan diare. Beberapa manuskrip sejarah mendokumentasikan bahwa madu sudah digunakan oleh orang Mesir untuk manajemen luka mulai tahun 2000 SM. Pada zamannya, orang Mesir telah menggunakan madu sebagai krim kecantikan dan pembalseman mayat. Sementara dalam manuskrip sejarah orang India, madu yang digambarkan sebagai nektar kehidupan telah digunakan secara luas untuk mengobati berbagai penyakit.

Peran Madu yang Dilahirkan Kembali

Sampai awal abad 20, berbagai penelitian telah mendokumentasikan penggunaan madu sebagai obat alami untuk luka. Namun dengan munculnya penemuan baru di bidang kedokteran : antibiotik dan prosedur bedah plastik, orang-orang Barat mulai menggantikan peran madu. Akan tetapi pada hari ini, karena penggunaan spektrum antibiotik dalam dunia medis yang begitu luas sementara resistensi terhadap antibiotik terjadi semakin cepat disertai lambatnya pengenalan regimen baru antibiotik, penggunaan madu dilahirkan kembali. Oleh karena itu, penggunaan madu sebagai manajemen luka dimunculkan kembali.

Komposisi Madu

Berdasarkan literatur Ananda Dorai pada Indian Journal Plastic Surgery (2012), madu diketahui memiliki kandungan molekul gula sederhana : 40% fruktosa, glukosa 30%, sukrosa 5% dan air 20%. Penelitian lainnya melaporkan bahwa madu mengandung beberapa jenis asam amino, antioksidan, vitamin, mineral, oksidase glukosa, hidrogen peroksida, dan asam glukonat, yang menyebabkan madu bersifat asam.

Peran Madu pada Luka

Beberapa penelitian tentang madu Indonesia (Indonesian honey), Turkey (chestnut honey, pure rhodo dendron honey, dan pure blossom honey), Malaysia (Gelam honey dan Tualang honey), Pakistan (Acacia honey), dan Nigeria (Jungle honey) menunjukkan bahwa madu memiliki kemampuan untuk mempercepat penyembuhan luka dan re-epitelisasi jaringan. Zat-zat yang terdapat pada madu terbukti mencegah peradangan dan mempercepat penyembuhan luka. Selain itu madu juga memiliki aktivitas antibakteri yang luas.

Beberapa peneliti menjelaskan, kemampuan ini tidak lepas dari komposisi madu yang dapat berperan sebagai agen anti-inflamasi. Sifat osmotiknya yang tinggi menyebabkan kontraksi jaringan yang luka. Sifatnya yang asam menyebabkan asidifikasi jaringan karena pelepasan oksigen dari hemoglobin, sementara hydrogen peroxide menstimulasi angiogenesis dan pertumbuhan fibroblast.

Aktivitas anti-bakteri madu disebabkan oleh interaksi hidrogen peroksida, methylgyoxal dan defensin-1. Sifat madu yang asam dan hiperosmolar menyebabkan penyerapan eksudat dari luka dengan kata lain semakin tinggi konsentrasi madu, semakin besar aktivitas anti-bakterinya dans semakin cepat menyembuhkan luka.

Secara ringkas, madu mempercepat penyembuhan jaringan dengan menstimulasi fibroblast, myofibroblast, dan deposisi kolagen. Stimulasi ini dapat terjadi karena adanya pelepasan oksigen dari hemoglobin. Efek selanjutnya adalah akselerasi re-epitelisasi jaringan yang terjadi karena kontraksi pada permukaan jaringan yang luka, jaringan kemudian terdehidrasi, peradangan dan edema berkurang. Kandungan anti-bakteri pada madu melengkapi aktivitas penyembuhan jaringan ini.

Referensi :
1. Ananda D. Wound care with traditional, complementary and alternative medicine. Indian J Plast Surg. 2012 May-Aug; 45 (2): 418–424
2. Noori S, Khelod S, and Ahmad A. Honey for Wound Healing, Ulcers, and Burns; Data Supporting Its Use in Clinical Practice. The Scientific World Journal. 2011 (11): 766–787
3. Nakajima Y. Effects of Three Types of Japanese Honey on Full-Thickness Wound in Mice. Hindawi Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Volume 2013: Article ID504537

Related

Berita 4733948751811132292

Posting Komentar

emo-but-icon

item