Preeklamsia : Tensi Tinggi dalam Kehamilan


Kehamilan dengan tensi tinggi sangat berbahaya bagi janin dan ibu. Hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan termasuk dalam trias kematian disamping perdarahan dan infeksi. Riset beberapa dekade yang lalu menyebutkan bahwa penyakit ini dijumpai pada 146.320 wanita, sementara hanya 3,7% yang melahirkan dalam keadaan normal selebihnya menimbulkan kematian dan kecacatan janin. Bagaimana kehamilan memicu hipertensi masih belum dapat terpecahkan walaupun sudah dilakukan penelitian selama beberapa dekade.

Salah satu bentuk manifestasi hipertensi dalam kehamilan yang harus diwaspadai adalah preeklamsia. Berdasarkan protap BATAM Persatuan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (POGI), preeklamsia merupakan suatu sindroma klinik dalam kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (terdapat protein dalam urin) setelah 20 minggu atau akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga. Di negara-negara maju, prevalensi preeklamsia pada kehamilan hanya 3%. Angka ini akan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan negara berkembang. Meskipun hanya mempengaruhi sedikit saja kehamilan, preeklamsia menjadi salah satu pembunuh terbanyak bagi ibu hamil di negara maju. Anda tentu saja bisa membayangkan jika di negara maju saja preeklamsia menjadi faktor penyulit bagaimana dengan negara berkembang seperti di Indonesia?

Mortalitas maternal pada preeklamsia disebabkan oleh karena adanya komplikasi seperti perdarahan otak, gagal ginjal, gagal jantung dengan edema pulmonum dan aspirasi. Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar angiotensin II yang menyebabkan pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasoaktif. Akibatnya dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah ibu sehingga menimbulkan hipertensi.

Pada preeklamsia juga terjadi penyusutan volume plasma darah hingga mencapai 30-40% kehamilan normal. Menurunnya volume plasma menimbulkan hemokonsentrasi (kekentalan darah meningkat). Akibatnya kebutuhan oksigen pada jaringan atau organ menjadi menurun. Apabila hal ini terjadi pada jaringan utero-plasenta yang menghubungkan si ibu dan janin, pertumbuhan janin akan terhambat-dunia medis menyebutnya dengan intrauterine growth retardation (IUGR), gawat janin, bahkan kematian janin dalam kandungan.

Bagi wanita hamil yang diketahui memiliki tensi tinggi harus benar-benar memperhatikan gejala :
1. Nyeri epigastrium (nyeri ulu hati). Nyeri ini disebabkan teregangnya kapsula Glisson sebagai gejala awal ruptur hepar.
2. Gangguan kesadaran dan visus mata seperti perubahan kesadaran, nyeri kepala, dan pandangan kabur sebagai gejala awal berkurangnya oksigenasi susunan saraf pusat.

Bagaimanapun juga gejala ini adalah tanda kegawatan preeklamsia yang mengarah pada penyakit yang lebih serius (impending eklamsia) dimana si ibu akan mengalami kejang. Tentu saja hal ini dapat berakibat buruk pada ibu dan si janin. Bagi anda yang memasuki usia kehamilan 20 minggu disarankan untuk check-up tekanan darah dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin setidaknya 1 bulan sekali pada trimester pertama, 2 minggu sekali pada trimester kedua dan 1 minggu sekali pada trimester ketiga. (nfh)

Referensi:
(1) Sarwono Prawirohardjo dan Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kandungan. FK UI, Jakarta. Hal: 281-294. 1999.
(2) Lo JO, Mission JF, Caughey AB. Hypertensive disease of pregnancy and maternal mortality. Curr Opin Obstet Gynecol. (11) : 215-23. 2013
(3) Huppertz B, Meiri H, Gizurarson S, Osol G, Sammar M. Placental protein 13 (PP13): a new biological target shifting individualized risk assessment to personalized drug design combating pre-eclampsia. Hum Reprod. Update 17 Februari 2013

Related

Artikel 1285006384883876992

Posting Komentar

emo-but-icon

item