Borok TB (Skrofuloderm)


Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 1986, pada umumnya TB menyerang paru-paru terutama di bagian apex paru yang kaya O2. Prevalensi kasus sebanyak 80-85%, sebesar 80% kasus paling banyak terjadi pada usia produktif (15-59). Ironisnya TB lebih sering terjadi pada masyarakat yang secara ekonomi terbilang kurang. Hal ini sekaligus menjadi salah satu hambatan terbesar bagi pemerintah untuk melakukan penanganan kasus TB.

Penyebab TB

Penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis, kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron, lebar 0,3-0,6 mikron, kuman dapat tumbuh optimal pada suhu sekitar 37 C dengan pH optimal 6,4-7. Kuman terdiri dari asam lemak. Lipid inilah yang menyebabkan kuman lebih tahan asam dan lebih kuat terhadap gangguan kimia dan fisis. Dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit dalam sel makrofag.

TB Dapat Bermanifestasi pada Kulit

Tidak banyak yang tahu bahwa TB juga dapat bermanifestasi pada kulit. Kebanyakan orang desa menggunakan istilah "Borok TB" untuk menyebut penyakit ini. Dalam dunia kedokteran, borok TB dikenal dengan sebutan Skrofuloderm yaitu penyakit kulit akibat tuberkulosis murni sekunder yang terjadi secara per kontinuitatum (merembes) dari jaringan di bawahnya, misalnya kelenjar getah bening, otot, dan tulang. Borok Tb dapat mengenai siapa saja termasuk anak-anak dan dewasa muda yang terinfeksi, saat ini belum ada referensi yang menunjukkan perbedaan prediksi antara pria dan wanita.

Perjalanan penyakit dimulai dengan infeksi sebuah kelenjar getah bening yang selanjutnya berkembang menjadi periadenitis. Beberapa kelenjar getah bening kemudian meradang sehingga membentuk suatu kantong kelenjar, istilah medis menyebutnya "Klier Pakket". Stadium selanjutnya terjadi nekrosis perkejuan (kematian jaringan) dan perlunakan, mencari jalan keluar ke jaringan kulit di atasnya membentuk fistel (saluran). Proses ini kian melebar, membentuk borok yang memiliki sifat khas di kulit.

Lokasi

Lokasi borok TB sangat bervariasi tiap individu pada leher, ketiak, punggung, dan selangkangan. Penampakan luka dapat berupa lubang borok berbentuk oval, tepi meninggi dan tidak rata, dasar luka dapat kotor, bernanah akan tetapi tidak berbau. Daerah sekitar luka tampak kemerahan (livid) dan ditemukan jembatan-jembatan kulit.

Penanganan

Bagi penderita borok TB tidak ada penanganan khusus yang diperlukan untuk merawat luka. Biasanya dokter akan berkonsultasi dengan spesialis kulit untuk merawat luka. Penanganan pertama jika luka basah adalah dengan kompres normal salin (NaCl 0,9%). Jika luka kering dengan krim, salep antibiotik dan salep minyak ikan untuk merangsang pinggir luka agar cepat menutup.

Harus Dihindari

Keterlambatan dalam mendiagnosis kasus skrofuloderma atau tuberkulosis kulit harus dihindari. Kasus ini bukan saja di Indonesia tetapi juga di negara berkembang ataupun negara industri lainnya, seperti yang dilaporkan oleh Arzu (2007). Menurut Sethurman et al. (2006) kasus skrofuloderma yang terlambat terdiagnosis dan terbengkalai sering mengakibatkan penyakit tersebut bertambah parah dan sulit untuk disembuhkan. Maka hal-hal ini harus benar-benar dihindari, disamping ketidakpatuhan selama pengobatan.

Referensi :
1. Arzu K, Ülker G, Secil S, Ilhan K, Levent A. 2007. Scrofuloderma: A forgetten disease? J SKIN med. Pp. 303-4
2. Sethuraman G, Kaur J, Nag HL, Khaitan BK, Sharma VK, Singh MK. 2006. Symmetrical scrofuloderma with tuberculosis verrucosa cutis. Clin Exp Dermatol. 31:452-82
3. Siregar RS. 2002. Skrofuloderm : Saripati Penyakit Kulit, ed 2. Jakarta, EGC. Pp. 148-52
4. WHO. 2009. Global tuberculosis control WHO : Country profile Indonesia. Geneva, WHO. Pp. 113-6

Related

Artikel 6039223257923826946

Posting Komentar

emo-but-icon

item