Mengenali Tanda-Tanda Kejang Demam
https://fiinur.blogspot.com/2013/01/kenali-tanda-tanda-kejang-demam-si-buah.html
Kejang merupakan gangguan syaraf yang sering dijumpai pada anak. Kejang demam pada anak-anak kerap terjadi pada usia > 1 bulan. Berdasarkan konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejang demam sering terjadi pada usia 6 bulan - 3 tahun. Insiden kejang demam 2,2-5% pada anak di bawah usia 5 tahun. Anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6:1.1,2.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 C) akibat suatu proses ekstra kranial tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (kec. meningitis), gangguan elektrolit (kec. diare) atau gangguan metabolik (kec. DM tipe 1). Dalam praktek sehari-hari orang tua sering cemas bila anaknya mengalami kejang, karena setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak.
Tanda Tanda Kejang
Kejang pada anak biasanya sangat sulit untuk diidentifikasi dibandingkan dengan kejang pada orang dewasa. Umumnya kejang disertai dengan gangguan kesadaran dan tingkah laku, anak tidak merespon bila dipanggil atau dicubit (rangsang nyeri). Pada anak seringkali terjadi gerak bola mata abnormal. Bibir juga dapat terlihat sianosis (kebiruan) akibat gangguan oksigenasi jaringan.
Kenali Jenis-Jenis Kejang Demam
Menurut Nationall Collaborative Perinatal Project, kejang demam dibedakan menjadi 2, diantaranya adalah kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
1. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang lama kejangnya kurang dari 15 menit, bersifat umum seluruh tubuh dan tidak berulang pada saat demam.
2. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit baik bersifat fokal (sesisi tubuh) atau umum dan berulang dalam waktu 24 jam.
Faktor Risiko Berulangnya Kejang Demam
Kejang demam yang berulang memiliki banyak kerugian. Selain dapat meningkatkan insidensi epilepsi, saraf-saraf pada otak akan mengalami gangguan sehingga menyebabkan kegagalan tumbuh kembang. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2010 telah mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko berulangnya kejang demam :
1. Ada riwayat kejang demam dalam keluarga (genetik)
2. Terjadi pada usia < 1 tahun
3. Batas toleransi suhu yang rendah untuk terjadinya kejang
4. Cepatnya onset kejang setelah demam
Penanganan Pertama di Rumah
Dianjurkan bagi orang tua untuk selalu menyiapkan stesolid (diazepam per rektal) di rumah. Stesolid adalah obat terbaik untuk memotong onset kejang. Stesolid diberikan 5 mg untuk anak dengan BB < 10kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10Kg. Pemberian maksimal 2 kali dengan interval 5 menit. Setelah onset kejang, baik tertangani atau tidak tertangani, orang tua dianjurkan untuk pergi ke dokter.
Tips
Hal yang paling dikhawatirkan pada kejang adalah berulangnya kejang yang dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi oleh karena itu orang tua harus memantau dengan baik
1. Kapan si anak terjadi kejang demam?
2. Bagaimana kesadaran si anak setelah kejang?
3. Pada suhu berapa si anak terjadi kejang demam?
4. Berapa lama onset kejang?
5. Berapa kali dalam 1 hari?
Disarankan bagi orang tua untuk melakukan pengawasan suhu anak dengan menggunakan termometer. Apabila suhu mendekati suhu onset saat dia kejang maka anda perlu melakukan kompres air hangat dan memberikan parasetamol 10-15 mg/kgBB untuk menurunkan suhu
Referensi :
(1) Saing B. Faktor pada kejang demam pertama yang berhubungan dengan terjadinya kejang demam berulang (Studi selama 5 tahun). Medan: Balai Penerbit FK-USU, 1999:1–44.
(2) Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI, 1995;1–52.
(3) Soetomenggolo TS. Kejang demam. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, Panyunting. Neurologi anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 1999. h. 244-52.
(4) Chistopher M, Verity, Rosemary G, Jean G. Longterm intelectual and behavioral out comes of children with febrile convulsion. N Engl J Med 1998; 388:1723-8.
(5) Baumann RJ. Technical report: treatment of the child with simple febrile seizures. Pediatrics 1999; 103:79-86.