Peran Vitamin D pada Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. Penyebab utama PPOK adalah asap rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya lainnya. Partikel gas berbahaya ini merusak jaringan paru sehingga terjadi obstruksi yang menyebabkan terhambatnya aliran udara ke paru.

Gangguan aliran udara disebabkan oleh peradangan paru yang terjadi pada saluran napas kecil (small airway disease) dan destruksi jaringan parenkim (emfisema). Gejala dan tanda PPOK diantaranya adalah sesak napas, batuk berminggu-minggu, dahak, dengan riwayat pajanan gas/partikel berbahaya. Indikator diagnosis PPOK oleh dokter adalah penderita di atas usia 40 tahun; sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas dan menetap; batuk tidak sembuh-sembuh, berdahak kental; terdapat riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya lainnya di dalam lingkungan kerja atau rumah.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikumpulkan oleh Tsiligianni dan van der Molen (2010) dari Universitas Medical Center Groningen Belanda, bermacam vitamin (vitamin C, D, E, A, beta karoten dan alpha) berhubungan dengan perbaikan kondisi klinis pasien PPOK. Mereka menemukan fakta bahwa konsumsi multivitamin dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki gejala. Menurut mereka asupan vitamin yang tinggi dapat mencegah proses kerusakan jaringan paru. Hal ini telah diusulkan menjadi salah satu terapi PPOK. Namun sampai saat ini belum ada bukti secara empiris untuk membuktikan hipotesis tersebut.

Berbeda dengan Tsiligianni dan van der Molen, Christian Herr (2011) dari Universitas Marburg Jerman mengungkapkan hanya vitamin D yang memiliki efek protektif terhadap jaringan paru. Vitamin D yang selama ini dikenal karena perannya terhadap homeostasis tulang ternyata dapat memodulasi sistem imun di jaringan paru.

Jika kita perhatikan seksama, terdapat hubungan yang erat antara defisiensi vitamin D dengan PPOK. Data epidemiologis NHANES III menunjukkan tingkat serum vitamin D yang rendah pada PPOK. Sejumlah penelitian melaporkan adanya defisiensi 25-(OH)D3 pada pasien PPOK. Forli et al (2004) menemukan defisiensi vitamin D (< 20 ng/ml) pada lebih dari 50% pasien transplantasi paru-paru akibat PPOK. Dalam sebuah studi pada pasien rawat jalan PPOK di Denmark, sekitar 68% responden memiliki osteoporosis atau osteopenia. Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D sangat lazim pada PPOK dan berkorelasi dengan gen protein pengikat vitamin D. Mekanisme yang tepat yang mendasari data ini belum sepenuhnya diketahui, namun Vitamin D tampaknya berdampak pada fungsi sel-sel peradangan, termasuk sel dendritik, limfosit, monosit, dan sel-sel epitel.

Vitamin D tidak hanya memiliki peran pada matriks ekstraselular jaringan tulang tetapi juga pada parenkim paru-paru. Boyan et al. (2007) menegaskan vitamin D berfungsi sebagai regulator autokrin matriks ekstraseluler dan pelepasan growth factor untuk menekan aktivitas matriks metaloproteinase (MMP-9). Matriks metalloproteinase-9 (MMP-9) sendiri telah terbukti meningkat pada pasien PPOK. Vitamin D juga melemahkan kerja TNF-alpha yang diinduksi MMP-9 oleh keratinosit. Kekurangan vitamin D dapat meningkatkan aktivitas MMP-9 yang berakibat pada peningkatan degradasi jaringan paru.

Ringkasnya dapat disimpulkan bahwa vitamin D pada pasien PPOK mungkin dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi intensitas kekambuhan dan memperbaiki gejala PPOK. Walaupaun penelitian-penelitian ini perlu untuk dikaji ulang dan dievaluasi dengan bukti yang lebih akurat, anda yang tertarik untuk coba-coba dapat menerapkan suplementasi vitamin D secara mandiri -dengan berjemur- dan adakah manfaat nyata dari kegiatan tersebut? (nfh)

Referensi :
1) Budhi A., dkk. 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronis : Diagnosis dan Penatalaksanaan. PDPI, Jakarta. Hal. 2
2) Tsiligianni I., van der Molen. 2010. A systematic review of the role of vitamin insufficiencies and supplementation in COPD. Respiratory Research, 11:171.
3) Herr et al. The role of vitamin D in pulmonary disease:
COPD, asthma, infection, and cancer. Respiratory Research 2011, 12:31.
4) Forli L, Halse J, Haug E, Bjortuft O, Vatn M, Kofstad J, et al. 2004. Vitamin D deficiency, bone mineral density and weight in patients with advanced pulmonary disease. J Intern Med, 256:56-62.
5) Jorgensen NR, Schwarz P, Holme I, Henriksen BM, Petersen LJ, Backer V. 2007. The prevalence of osteoporosis in patients with chronic obstructive pulmonary disease: a cross sectional study. Respir Med, 101:177-185.
6) Janssens W, Bouillon R, Claes B, Carremans C, Lehouck A, Buysschaert I, et al. 2010. Vitamin D Deficiency is Highly Prevalent in COPD and Correlates with Variants in the Vitamin D Binding Gene. Thorax 2010, 65:215-20.
7) Boyan BD, Wong KL, Fang M, Schwartz Z. 2007. 1alpha, 25(OH)2D3 is an autocrine regulator of extracellular matrix turnover and growth factor release via ERp60 activated matrix vesicle metalloproteinases. J Steroid Biochem Mol Biol, 103:467-472.

Related

Tips 4420370036578485987

Posting Komentar

emo-but-icon

item